Pembelajaran

Jul 4

3 menit baca

Warisan Haruhiko Kuroda

Warisan Haruhiko Kuroda

Pada 8 April 2023, masa jabatan Haruhiko Kuroda sebagai Gubernur Bank of Japan selesai. Bersamaan dengan itu, berakhir pula keseluruhan era.

Haruhiko Kuroda menjabat sebagai gubernur Bank of Japan (BoJ) sejak Maret 2013. Saat mantan gubernur Asian Development Bank ini menjadi gubernur Bank of Japan satu dekade yang lalu, Jepang sedang berupaya pulih dari krisis finansial 2008 dan gempa besar Jepang Timur 2011.

Sebagai gubernur bank sentral, Kuroda menerapkan kebijakan moneter longgar untuk memerangi deflasi dan mendukung “Abenomics”. Di bawah kepemimpinannya, Bank of Japan mulai mengimplementasi kebijakan untuk meningkatkan pembelian aset jangka pendek dan panjang. Kuroda mengguncang bank sentral dan market yang konservatif dengan meluncurkan program stimulus besar-besaran guna menunjukkan tekadnya mencapai target inflasi sebesar 2% dalam waktu sekitar dua tahun. Selama Kuroda menjabat, neraca keuangan Bank of Japan meningkat sekitar 497 triliun yen ($3,7 triliun) dan sekarang memiliki separuh pasar pasar surat utang pemerintah Jepang (JGB).

Hasilnya, Kuroda meninggalkan berbagai warisan untuk Bank of Japan. Di awal, kebijakan Kuroda dipuji karena mendongkrak ekuitas Jepang dan menghidupkan kembali sentimen korporat. Stimulus yang masif juga dipuji karena berhasil menarik keluar ekonomi dari deflasi, tetapi di sisi lain, menurunkan profit bank dan mendistorsi fungsi pasar karena suku bunga rendah yang berkepanjangan. Para kritikus juga menuduh Kuroda mematikan pasar dengan menerapkan suku bunga negatif pada 2016. Keputusan ini membuat market goyang dan terbukti sangat tidak populer di kalangan masyarakat. Karena efek positifnya mulai pudar dan pembelian surat utang dalam jumlah besar menghadapi pembatasan, Bank of Japan beralih ke kebijakan yang menarget suku bunga. Hasilnya, pembatasan suku bunga jangka panjang dimasukkan sebagai bagian dari kebijakan yang disebut yield curve control (YCC), yang masih berlaku sampai saat ini. Kebijakan ini menyebabkan yen Jepang melemah terhadap mata uang lain.

Para ekonom meyakini bahwa meski suku bunga rendah sebenarnya bermanfaat, mempertahankan suku bunga yang sangat rendah untuk jangka panjang akan menghalangi restrukturisasi korporat lebih lanjut di saat kondisi global tidak menentu.

Akademisi Kazuo Ueda menggantikan Haruhiko Kuroda sebagai Gubernur Bank of Japan mulai 9 April. Ueda sebelumnya menjabat kepala penasihat di Institut Riset Moneter dan Ekonomi. Berkat reputasi Kazuo Ueda sebagai teoris pragmatis, sebagian analis mengatakan pada akhirnya dia akan keluar dari bayang-bayang Kuroda dan membuat jalurnya sendiri menuju normalisasi kebijakan moneter.