Pembelajaran

Jul 4

5 menit baca

Lima Topik Teratas FX Tahun 2023

Lima Topik Teratas FX Tahun 2023
  1. The Fed AS akan mengambil jeda tahun ini

Kapan akan terjadi? Ketika bank sentral AS mencapai kisaran sasaran suku bunganya di 5% – 5,25%. Suku bunga The Fed US saat ini adalah 4,5%. Jadi tinggal 0,5 – 0,75% sampai target tercapai. Hedge fund memprediksi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 0,25% di setiap rapatnya bulan Februari, Maret, dan Mei. Kemudian, The Fed akan mengambil jeda sampai akhir 2023. Para pejabat mengusulkan agar bank sentral tersebut tidak menurunkan suku bunga sampai 2024, karena mereka khawati tentang kelanjutan komponen utama inflasi. Retorika “hawkish” mungkin merupakan akibat dari kekhawatiran bahwa penurunan tajam imbal hasil obligasi Treasury dan dollar baru-baru ini, bercampur dengan mengecilnya spread kredit, sedang melemahkan kondisi keuangan. Namun demikian, angka inflasi pokok yang lebih rendah terlihat di bulan Oktober dan Desember, dipadukan dengan data real estat yang buruk dan kepercayaan bisnis yang melemah, menggiring pasar berekspektasi suku bunga akan menurun mulai paruh kedua tahun 2023.

  1. Eropa memasuki resesi

Harga energi rendah menghentikan sementara perlambatan ekonomi Eropa. Namun, sebagian besar indikator masih lemah. Resesi di negara-negara bermusim dingin masih terjadi, meskipun mungkin tidak dalam. Di kuartal pertama, pengetatan suku bunga oleh ECB sebanyak 50 bps mungkin terjadi, bersamaan dengan mulainya penurunan berkala neraca keuangan. Harga pasar uang mengisyaratkan suku bunga akan mencapai puncaknya pada Juni 2023 sekitar 2,75 – 3%, tetapi sebagian mengatakan mungkin akan lebih tinggi karena tekanan harga yang mendasarinya tetap kuat dan pelonggaran kebijakan fiskal mungkin mendorong inflasi. Bisakah ECB tetap hawkish tanpa terlalu merugikan ekonomi Eropa? Sepertinya tidak. Demikian pula dengan Bank of England (BoE), membuat prospek melemahnya euro dan pound menjadi skenario menarik untuk tahun ini.

  1. Bank of Japan (BoJ) sepertinya akan mengubah kebijakannya

Tahun 2022 terjadi sebagian besar bank sentral negara maju bergerak ke bentuk pengetatan kebijakan untuk menahan inflasi. Akan tetapi, ada satu pengecualian penting yaitu Bank of Japan tetap cukup longgar dan pasif. Di awal 2022, ini berakibat penurunan yen Jepang yang masif di balik kenaikan indeks dollar. Namun mendekati akhir 2022, perubahan mulai terjadi di Jepang dan inflasi mulai naik. Tentu saja, ini sangat jauh dari lonjakan inflasi di negara-negara lain, tetapi dengan inflasi tertinggi dalam 40 tahun dan suku bunga Bank of Japan masih berbeda sendiri dengan suku bunga global, pertanyaannya adalah: berapa lama mereka dapat mempertahankan kebijakan? Dan mungkin itu akan terjadi saat gubernur BoJ baru terpilih. Pemilihan akan dilakukan pada musim semi 2023. Sepertinya di akhir 2023, kebijakannya tidak akan sama lagi dengan sebelumnya.

  1. Ekonomi China bertahan dengan suntikan anggaran

Semakin banyak pemerintah negara yang beralih ke praktik pencegahan Covid yang lebih longgar dengan harapan membuka ekonomi. Namun, ini berakibat rekor baru kasus penyakit ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah mengkritik definisi kematian akibat COVID-19 dari pemerintah Tiongkok dan mengingatkan bahwa statistik resmi tidak menunjukkan dampak sesungguhnya wabah tersebut. Ini secara negatif memengaruhi penjualan ritel, manufaktur, dan permintaan minyak (China adalah importir minyak penting). China sudah menaikkan kuota ekspor produk minyak bumi di batch pertama 2023, mengindikasikan ekspektasi permintaan yang rendah di dalam negeri. Ekspor juga menunjukkan pelemahan karena inflasi yang tinggi di AS dan Eropa. Satu-satunya pendukung ekonomi pada saat ini adalah pengeluaran anggaran, yang ditargetkan pada pengembangan teknologi canggih dan energi baru.

  1. Perang di Ukraina masih berlanjut

Selain kondisi global harga energi yang tinggi dan inflasi, perang di Ukraina masih berlanjut. Rusia tidak ingin menghentikan niatnya menguasai beberapa daerah Ukraina secara militer. Negara-negara barat membantu Ukraina baik secara finansial maupun dengan senjata, dengan pemikiran jika Ukraina kalah, Eropa ada di antrean berikutnya terutama negara-negara Baltik dan Polandia. Sudah jelas bahwa Rusia tidak dapat mencapai tujuannya, maka mereka terus menyerang infrastruktur energi Ukraina. Masyarakat dunia menganggap pejabat-pejabat Moskwa tidak ada bedanya dengan teroris, tetapi ketakutan akan ancaman nuklir membuat tidak memungkinkan untuk menutup masalah dengan cepat. Tahun ini, konflik diperkirakan akan berlanjut dengan kemungkinan serangan balasan dari angkatan bersenjata Ukraina yang mencoba merebut kembali teritori yang sudah dicaplok dengan persenjataan baru. Semua hal ini akan terus berpengaruh pada pasar uang, terutama energi krisis di Eropa.

Selamat trading!