Forex

Okt 14

6 menit baca

Dampak Finansial Konflik Skala Penuh Israel-Iran

Timur Tengah sudah lama menjadi sarang ketegangan geopolitk. Konflik besar antara Israel dan Iran bisa punya konsekuensi panjang – bukan hanya di kawasan tetapi secara global. Kalau konflik seperti ini pecah, pasar keuangan global bisa dipastikan akan merasakan efeknya. Harga minyak akan meroket, harga emas akan naik tajam, dan US dollar mungkin berfluktuasi. Mari kita lihat bagaimana area-area kunci ini — minyak, emas, dan dollar — akan bereaksi ke konflik tersebut.

1. Harga Minyak

Yang akan menjadi salah satu konsekuensi paling langsung dan segera dari konflik Israel-Iran adalah harga minyak. Timur Tengah bertanggung jawab menyediakan sebagian besar suplai minyak dunia. Meski Israel dan Iran sendiri bukan eksporter minyak terdepan, infrastruktur minyak yang besar di kawasan itu menjadi sangat rentan. Tantangan terbesarnya? Selat Hormuz adalah jalan lewat sempit yang dilalui sekitar 20% minyak dunia. Iran punya kendali signifikan di area ini, dan kalau terjadi perang, muncul risiko nyata perang bisa jadi akan memblokir atau mengganggu alur suplai minyak.

Saat suplai minyak terancam, harganya akan melambung — ini terjadi hampir otomatis. Kita sudah melihat ini di konflik-konflik Timur Tengah lainnya, seperti krisis minyak 1973 saat harganya menjadi empat kali lipat. Kalau pecah perang antara Israel dan Iran, kita mungkin melihat lonjakan harga serupa yang akan menyebabkan riak di ekonomi global. Bagi negara-negara yang tergantung pada impor minyak, seperti Eropa dan Asia, ini bisa berarti harga lebih mahal untuk bahan bakar, transportasi, dan manufaktur, yang bisa berakibat inflasi lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi lebih lambat.

2. Emas

Saat ada krisis, investor cenderung berbondong-bondong ke hal yang mereka anggap “aman”. Selama berabad-abad, emas masih menjadi aset populer di masa-masa yang tidak pasti. Kalau ketegangan antara Israel dan Iran tereskalasi menjadi perang skala besar, kemungkinan kita akan melihat lonjakan permintaan untuk emas karena orang mencari tempat menyimpan yang stabil.

Harga emas sudah naik selama hampir setiap konflik geopolitik utama dalam sejarah belakangan ini, sejak Perang Teluk sampai invasi Irak tahun 2003. Mengapa? Karena emas dianggap bisa memagari dari risiko. Saat market lain menjadi volatil, emas sering menjadi tempat orang-orang menyimpan uangnya untuk menghadapi badai. Jadi, kalau Israel dan Iran berperang, kita bisa memprediksi harga emas akan melonjak karena investor menjadi grogi mengenai implikasi ekonomi yang lebih luas. Menurut Anda, apakah harga emas sekarang ini sudah mencapai all-time high?

3. US dollar

US dollar, seperti emas, cenderung terapresiasi di saat ketidakpastian global. Sebagai mata uang cadangan dunia, dollar dianggap salah satu aset paling aman, jadi saat konflik pecah, orang seringnya segera membeli dollar. Kalau terjadi perang antara Israel dan Iran, kemungkinan kita melihat dollar naik karena investor mencari tempat berlindung dalam kekacauan.

Akan tetapi, situasinya sedikit lebih rumit daripada itu. Kalau harga minyak meloncat karena konflik, inflasi mungkin naik bukan saja di seluruh dunia, tapi di AS juga. Inflasi lebih tinggi berarti Federal Reserve mungkin terpaksa menaikkan suku bunga lebih agresif, yang bisa jadi lebih memperkuat dollar lagi dalam jangka pendek. Ini meskipun suku bunga saat ini sudah tinggi dan Federal Reserve AS sudah memulai siklus pemangkasan suku bunga bulan lalu. Pada akhirnya, kalau konflik berjalan terus dan inflasi tetap tinggi, ini bisa menekan ekonomi AS, berakibat nilai dollar menjadi volatil.

Ini juga bisa berefek ke mata uang lain, terutama di emerging market. Negara-negara yang sangat tergantung pada impor minyak Timur Tengah, mata uangnya mungkin terdepresiasi karena minyak jadi lebih mahal, menaikkan permintaan dollar untuk membayar minyak tersebut. Maka, meski dollar mungkin awalnya akan naik, lintasan jangka panjangnya tergantung apakah konflik berkembang dan bagaimana ekonomi AS melindungi kenaikan harga energi.

4. Bursa saham

Bursa saham umumnya tidak suka ketidakpastian dan konflik antara Israel dan Iran kemungkinan menyebabkan gelombang volatilitas di market global. Investor cenderung menarik uang dari aset berisiko seperti saham saat masa depan tidak pasti, dan perang di Timur Tengah pasti akan memicu reaksi serupa.

Sektor-sektor ekonomi tertentu akan merasakan pukulan lebih keras. Perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada minyak atau koneksinya ke kawasan tersebut – maskapai penerbangan, perusahaan pelayaran, dan manufaktur – mungkin harga sahamnya akan jatuh karena biaya meningkat akibat harga minyak lebih tinggi. Di sisi lain, beberapa industri, seperti perusahaan pertahanan dan energi di luar Timur Tengah, mungkin harga sahamnya akan jatuh karena biaya meningkat karena harga minyak lebih tinggi.

5. Ekonomi regional

Timur Tengah sebagai suatu kesatuan akan merasakan dampak ekonomi terbesar dari konflik Israel-Iran skala penuh. Negara-negara seperti Arab Saudi, UEA, dan Kuwait, yang tergantung pada ekspor minyak, di awal mungkin merasakan manfaat dari harga minyak yang lebih tinggi. Akan tetapi, kawasan yang tidak stabil mungkin membuat investor asing menjauh dan pasar finansial mereka mungkin terdampak.

Masalah ekonomi akan langsung muncul bagi negara-negara yang tergantung impor minyak – terutama di Asia (China, India, Jepang) dan Eropa. Harga minyak lebih tinggi akan menaikkan biaya mulai dari transportasi sampai manufaktur, meningkatkan inflasi, dan membuat susut anggaran rumah tangga. Bank sentral di negara-negara ini mungkin terpaksa menaikkan suku bunga untuk membasmi inflasi, yang mungkin bisa makin memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan

Konflik skala penuh antara Israel dan Iran mungkin berimplikasi jauh ke pasar finansial global. Harga minyak kemungkinan melonjak, menyebabkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi melambat di seluruh dunia. Emas akan menjadi komoditi incaran karena investor mencari sumber pendapatan yang aman (safe-haven), dan US dollar sebagai mata uang safe-haven akan makin kuat — setidaknya di awal.

Bursa saham akan mengalami volatilitas signifikan, beberapa sektor terpukul lebih parah daripada sektor yang lain, dan ekonomi di kawasan Timur Tengah dan negara pengimpor minyak akan menghadapi kesulitan ekonomi. Pendeknya, perang antara Israel dan Iran akan berakibat ketidakpastian yang menyebar luas, menciptakan lingkungan yang menantang bagi investor dan juga pasar global.